Monday, September 19, 2016

Profil dusun клиран , клиран






+

Dusun Kliran terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman. Sebuah Dusun yang Jauh dari hingar bingarnya kota Yogyakarta, sekitar 25 Km dari arah ke Barat PUSAT kota Yogyakarta. Sawah Hamparan yang menghijau menghiasi regol Sederhana sebagai Pintu masuk Dusun. Di sebelah Barat dan Utara Dusun mengular Sungai Progo yang merupakan Sungai yang terbesar di Wilayah Yogyakarta. Jika Visualizzati di recente dari arah timur, perbukitan Menoreh Tampak melatar belakangi Dusun yang kelihatan Hijau nan Asri Semakin menguatkan Kesan Dusun yang aman dan Damai. Sebelum tahun 90-un Desa ini sangat Karena dikenal terdapat alat Transportasi aria yang disebut "Gethek" atau Rakit. Gethek Inilah yang menjadi sarana penghubung Antara Wilayah Kabupaten Kulon Progo dengan Wilayah Kabupaten Sleman. Panorama Dusun Kliran yang dilatarbelakangi Perbukitan Menoreh Asal-usul Nama Kliran Kata Kliran berasal dari kata "Kelir" Yang diambil dari nama Kyai Kelir. Kyai Kelir merupakan Tokoh cikal Bakal yang mendiami Wilayah Kliran. Menurut Sejarah yang dituturkan Secara Turun-menurun, Kyai Kelir Adalah seorang prajurit dari Kerajaan Majapahit. Beliau bersama para prajurit di Più mencari Tempat yang cukup aman didiami untuk. Di Tempat yang Baru ini Kyai Kelir menetap Bersama pengikutnya. Konon menurut cerita Salah seorang Warga, Kyai Kelir mempunyai kesaktian yang terletak pada ikat Kepala. Jika ikat Kepala Sudah dikibaskan maka beliau akan dikelililingi Kabut. Setelah wafat, beliau dan istrinya Serta pengikutnya dimakamkan di Ujung Desa. Kemudian Oleh para penerusnya Dusun yang ditinggali diberi nama Dusun Kliran. Para Warga di Dusun Kliran menyebut Kyai Kelir dengan sebutan Eyang Kelir atau Mbah Kelir. Semasa hidupnya Mbah Kelir sangat menyukai Wayang pertunjukkan. Nama Kelir sama dengan kelir / Layar yang dipakai Dalam pertunjukkan Wayang. Mitos yang berkembang di Dusun ini, Jika seorang dalang yang diundang untuk mendalang di Dusun Kliran maka dalang tersebut akan memperoleh Rejeki melimpah Karena mendapat berkah dari Mbah Kelir yang sangat menyukai pertunjukkan Wayang. Menurut penuturan Mbah Sosro, ada yang seorang dalang rela dibayar Murah demi untuk mendapatkan berkah dari Mbah Kelir. Banyak Warga yang SERING berziarah ke makan Mbah Kelir untuk mencari berkah. Bukan Hanya Warga Dusun Kliran saja yang mencari berkah tetapi orang yang berasal dari luar Dusun Kliran SERING berziarah dan tirakat di Makan Mbah Kelir. Makam Mbah Kelir Letak astronomis Dusun Kliran Antara 07 ° 43'31 "S 110 ° 13'29.4" E sampai dengan 07 ° 43'31.9 "S 110 ° 13" 56,9 "E. Secara greografis Kawasan Dusun Kliran terdiri dari persawahan, Sungai, Lembah Sungai (Kisik), Tebing Sungai, dan perkampungan sebagai Tempat tinggal. Batas-Batas Dusun Kliran Adalah: Sebelah Utara Sungai Progo berbatasan langsung dengan Wilayah Kabupaten Kulon Progo Sebelah timur Dusun Pojok Sebelah Selatan Dusun Bekelan Sebelah Barat Sungai Progo berbatasan langsung dengan Wilayah Kabupaten Kulon Progo S osial dan Budaya Warga Dusun Kliran mayoritas beragama Islam, setelah ITU beragama Katolik dan Kristen. Kerukunan beragam di Dusun ini terbina dengan Baik. Warga Dusun sangat ini memegang prinsip tegang rasa yang Sangat Tinggi. Sebagai Bukti toleransi sekitar tahun 80-un Dalam perayaan Natal dan Paskah yang merupakan hari besar UMAT Katolik Selalu diadakan perayaan dan Selalu ditampilkan seni tradisional Budaya kethoprak. UMAT di Più terlibat Penuh dan ikut menjadi Pemain kethoprak Tanpa memandang perbedaan sebagai halangan untuk Bersatu Padu. Budaya yang ada di Dusun Kliran berupa upacara ADAT dan segala bentuk Kesenian. Segala macam Budaya tumbuh subur di Dusun yang Sangat Sederhana ini. Kebudayaan di Dusun Kliran Tidak Lepas dari ADAT istiadat dan seni tradisional yang Masih melekat di Dusun ini sebagai WARISAN adiluhung dari leluhur yang Perlu dilestarikan. Upacara Merti Dusun (Bersih Dusun) merupakan perayaan terbesar yang ada di Dusun ini dan Sudah berlangsung Selama puluhan tahun. Upacara ini sebagai bentuk ungkapan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan permohonan keselamatan Bagi Warga Desa. Prosesi upacaranya Adalah pengambilan mata aria yang biasanya di ambil dari mata aria sebagai simbolo kehidupan. Upacara dilanjutkan dengan perarakan atau kirab sedekah Bumi dengan mengarak Hasil Bumi keliling Dusun sebagai ungkapan rasa Syukur atas Rahmat Tuhan yang berupa Segala Hasil Pertanian. Untuk menghormati leluhur dilakukan kenduri selamatan di Makam Mbah Kelir. Perayaan ditutup dengan pertunjukkan Wayang Selama semalam suntuk. Lakon yang diambil biasanya "Sri Mulih" sebagai simbolo dari turunnya Rejeki yang dilambangkan Oleh Dewi Sri sebagai Dewi Padi. Kirab merupakan salah Satu prosesi Dalam upachàra Merti Dusun Kelompok Kesenian yang ada di Dusun Kliran Adalah Kelompok Jathilan rampak Kudan, SLAKA (Slawatan Katolik), Kelompok Slawatan musulmana, dan Kelompok Campur Sari Othok Obrol. Segala Kelompok Kesenian ini ditampilkan baik Dalam upacara ADAT, perkawinan hajatan, dan Acara di Più. Warga Dusun ini Juga banyak yang mempunyai Bakat seni tradional. Diantaranya Adalah Dalang wayang kulit klasik gagrag Ngayogyakarta. Dalang Wayang tersebut diantaranya Adalah Ki Pujo Warsito (Almarhum), Ki Cermo Mujiyono, Ki Jasminto Yang merupakan Putra dari dalang Ki Cermo Mujiyono, dan Ki Widodo Pujo Bintoro yang merupakan Putra dari dalang Almarhum Ki Pujo Warsito. Selain sebagai Dalang, Ki Widodo Pujo Bintoro pernah menjadi Duta seni tari dari Indonesia yang melanglang Buana di daratan Eropa sekitar tahun 1980-un. Adik dari Ki Widodo Pujo Bintoro sendiri yang Bernama Tri Padma Adalah seorang pengendang Handal yang pernah memainkan kendang Dalam acara "Klithak-klithik Campur Sari" Yang disiarkan setiap hari Minggu di TVRI. Sebagian besar penduduk di Dusun Kliran bermata pencaharian sebagai Petani. Hampir semua penduduk di Dusun ini memiliki Lahan Pertanian. Selain di sektor Pertanian, Juga ada yang bermata pencaharian sebagai Pegawai Negeri dan swasta, pedagang, peternak, Nelayan, dan Usaha kerajinan tangan. Produk Andalan dari Dusun ini Adalah Jenis makanan yang terkenal dengan sebutan Khas "Iwak Banyu" Kliran. Produk ini Sudah terkenal di sekitar Wilayah Kecamatan Minggir bahkan sampai Luar Yogyakarta. Menu makanan ini berupa ikan Tawar aria berasal dari Sungai Progo yang dimasak dengan Bumbu khusus. Rasanya sangat Manis dan gurih sehingga dapat mamanjakan lidah bagi orang yang menikmatinya. Setiap orang yang pernah mencoba dipastikan akan ketagihan. Iwak Banyu dari Kliran ini dapat dijumpai di Pasar Kebonagung dan Pasar Balangan. Para pembeli biasanya menggunakan iwak Banyu ini sebagai Lauk. Salah satu Warga yang berjualan "Iwak Banyu" atau iwak Bacem presto kali Progo Sumber foto. https://www. facebook. com/sukharti. parjiya Produk kerajinan Adalah anyaman dari bambu yang berupa Besek dan tenggok. Selain anyaman bambu banyak Juga ibu rumah Tangga yang Masih menggeluti membuat tikar dari anyaman mendong. Produk kerajinan di Più Wayang dengan kualitas yang sangat Tinggi Karena dikerjakan Secara khusus Oleh Ki dalang Cermo Mujiyono dan Ki Jasminto. Kerajinan di Più Adalah pembuatan alat yang berasal Dari Batu. Sebagai Hasil kerajinan Batu ini Adalah cobek dan Nisan. Sayang keterampilan mengolah Batuan yang tak tersedia Terbatas di Sungai Progo ini Sudah Tidak ada yang meneruskan. Perlu diingat sebelum dibangun Pasar Kebonagung, pada Zaman pendudukan Kolonial Belanda kegiatan Jual beli berbentuk pasar Sederhana berada di Dusun Kliran. Menurut salah satu penuturan Warga yang mengalami masa tersebut, pasar terletak di pertigaan Jalan, tepatnya di Dekat rumah Mbah Sanawi. Jumlah penduduknya kurang Lebih 300 Jiwa. Para pemudanya sebagian Merantau ke Luar Daerah seperti Jakarta, Surabaya, dan beberapa Daerah di Più. Di tahun 1970-presente un ada yang beberapa keluarga bertransmigrasi swakarsa ke Daerah Lubuk Linggau Sumatera Selatan dan Lampung. Kliran termasuk Dalam Wilayah pemerintahan Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman. Dusun Kliran terdiri dari dua Kring Kring yaitu 9 dan Kring 10. Sebagai pimpinan Dusun Adalah Kepala Dusun (Kadus) yang dipilih Secara langsung Oleh Rakyat. Berikut Kadus yang memerintah Dusun Kliran Kring 9: Gatot Sumowiharjo (1948 - 1972) Mardi Utomo (1972 - 2002) Stevanus Subejo Purwanto (2002 - sampai sekarang) ANDIL Rakyat Kliran Terhadap Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Ketika terjadi perang kemerdekaan Rakyat Kliran turut membantu Perjuangan baik Dalam mencapai kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kerelaan Rakyat Dalam dukungan ini Adalah beberapa Warga rela menjadi Tentara pejuang. Semua pejuang ini Sudah meninggal dunia dan pernah menghirup udara kemerdekaan sebagai Hasil perjuanggannya. Diantaranya Adalah Pujo Warsito, Gatot Sumowiharjo, Kariyo Rejo, Partomo. Dan Mangun. Kelima pejuang ini Oleh pemerintah Indonesia dianugerahi Veteran gelar. Pada masa perang kemerdekaan, tukang gethek / Rakit yang sebagian besar Adalah Warga Dusun Kliran Selalu sedia menyeberangkan Pasukan Siliwangi yang menyeberangi Sungai Progo. Tanpa mengenal waktu mereka Selalu membantu Tentara dan pejuang dengan Suka rela Tanpa imbalan apapun. Pemerintah Indonesia Juga memberi penghargaan sebagai Veterano. Mereka Adalah Karto, Tirto, Joyo, Adi, Towiharjo, dan Marto Tugiyo. Salah satu Tempat yang menjadi obyek wisata yang gratis Adalah Jembatan Kebonagung yang terletak di bagian Timur laut Dusun Kliran. Jembatan Inilah yang menghubungkan Antara Dusun Kliran Wilayah Kabupaten Sleman dengan Dusun Kisik Wilayah Kabupaten Kulon Progo. Yang menjadi Daya Tarik Jembatan ini Adalah jika kita berdiri dari atas Jembatan menghadap ke Timur akan Tampak pasangan Gunung Merapi dan Merbabu dihiasi Sungai Progo yang melengkung di bawah pedesaan yang Asri. Jika mata memandang ke sebelah Barat, dari ATAS Jembatan akan Tampak Barisan Bukit Menoreh yang menghijau dihiasi Tebing Sungai yang berdiri Megah bagaikan Benteng Perkasa. Suasana Akan Semakin indah jika menikmatinya Sambil Olah raga pagi Melihat cantato Surya memperlihatkan diri dari Balik punggung Merapi. Tak kalah eloknya Jika mal di hari, dari ATAS Jembatan disuguhi Sinar lembayung Merah Jingga sorotan matahari yang mau beranjak istirahat di waktu Malam Hari. Pada hari Minggu Jembatan ini banyak dikunjungi Oleh orang di sekitar Kliran bahkan sampai Luar Daerah. Jembatan Kebonagung menjadi salah Satu alternatif Tempat Rekreasi Keunikan Dusun Kliran Salah satu keunikan Desa ini Adalah budaya "Pek Nggo." Pek Nggo akronim dari Ngepek Tonggo yang artinya mengambil Istri dari Satu Dusun atau tetangga sendiri. Hal ini menjadi Sudah Rahasia Umum di Wilayah sekitar Dusun Kliran. Kalau didata Lebih dari 60 pasangan SUAMI Istri Yang kedua-duanya berasal Dari Kliran. Pasangan ini ada yang tinggal di Dusun Kliran dan ada yang tinggal di perantauan. Keunikan lain yang dimiliki Adalah terdapat dua mata berupa aria pancuran yang Berbeda dengan mata aria di Più. Pertama Adalah mata pancuran aria Elo. Aria dari pancuran ini jika dimasak akan terasa enak dibanding aria putih lain. Banyak orang yang menyangsikan tetapi setelah merasakan mereka akan mengiyakan. Kedua Adalah mata pancuran aria Dukun. Dinamakan dukun Karena Konon orang yang akan Mandi sembuh Dari penyakitnya. Sayang, pancuran dukun ini Sudah Tidak terawat dan tidak dipergunakan Lagi. Keunikan di Più Warga di Dusun kliran Sering berkeramas dengan Tanah liat yang berasal dari Batu Padas yang melapuk menjadi tanah. Aneh memang kalau didengar Karena kalau dilogika berkeramas biasanya membersihkan Kotoran dari Kepala, orang-orang di Daerah ini Kok Malah berkeramas dengan Tanah yang terkesan Kotor. Prestasi yang Pernah Diraih. Pada tahun 1984 Dusun Kliran pernah juara I Tingkat Kabupaten Sleman dan Tingkat Provinsi Yogyakarta Dalam Lomba Siskamling (Sistem Keamanan Lingkungan). Prestasi di Più pernah menjadi Juara I perlombaan antar Desa Tingkat Kecamatan Minggir. Yang Tidak kalah membanggakannya Adalah Kelompok Kesenian Jathilan rampak Kudan dari Kliran, pada tahun 2003 meraih Peringkat ho Dalam perlombaan Festival Jathilan se-fai da te. Pemandangan yang dapat dinikmati Dari Jembatan Kebonagung




No comments:

Post a Comment